LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN 
MAKALAH
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Landasan Pendidikan
                                 yang
dibina oleh Dr. Waras Kamdi, M.Pd
disusun oleh :
Muhammad
Zainul Arifin (160431800789)
           Paula Mediana Oematan (150413808212)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2
PENDIDIKAN EKONOMI
DESEMBER 2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Landasan Historis
Pendidikan” ini dengan baik. 
Penulis menyadari bahwa dalam wujud yang nyata disertai kemurahan dan
campur tangan Tuhan lewat semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu penulis
dengan caranya masing-masing. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan limpah terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan ketidaksempurnaan ini lebih disebabkan oleh keterbatasan
penulis dalam memberikan gagasan dan pikiran. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya, besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
                                                                                    Malang,  
Desember  2016
                                                                                    Penulis,
DAFTAR
ISI
| 
Halaman | 
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I    PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.
Tujuan................................................................................................. 2
BAB II   PEMBAHASAN
A. Pengertian Historis.............................................................................. 3
B. Sejarah 
Perkembangan Pendidikan di Indonesia............................... 3
C. Sejarah 
Perkembangan Pendidikan Dunia....................................... 12
D.
Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia               16
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 18
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus,
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang
berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang.
Tujuan pendidikan
di Indonesia adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasila
yang dimotori oleh pengembangan afeksi, seperti sikap suka belajar, tahu cara
belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja,
kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang akan dicapai.
Pendidikan tidak
lepas dari sejarah dan  pendidikan
merupakan pewarisan budaya dari generasi ke generasi sebagai transformasi
informasi generasi muda dalam proses pendewasaan berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dengan bercermin dari sejarah tersebut untuk menjadi lebih baik lagi
di masa yang akan datang.
Sejarah juga
memberikan suatu landasan atau titik tolak terjadinya berbagai peristiwa yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Oleh sebab itulah sejarah memberikan
landasan bagi kaum pelajar atau praktisi kehidupan mengamati dan mengubah
dunia, baik pada masa sekarang, maupun untuk masa-masa yang akan datang. Selain
itu antara sejarah pendidikan dengan perkembangan pendidikan memiliki hubungan
yang sangat erat kaitannya, karena dengan kita mengetahui sejarah kita dapat
mengetahui keadaan yang lampau sehingga kita bisa bercermin dari keadaan itu
serta memberi penjelasan untuk masa sekarang dan memprediksi langkah-langkah
selanjutnya untuk masa yang akan datang agar tidak stagnan atau bahkan mengalami
kemunduran.
B.     RUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1.   
Apa
pengertian landasan historis pendidikan ?
2.   
Bagaimanakah
sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia?
3.   
Bagaimanakah
sejarah perkembangan pendidikan dunia ?
4.   
Bagaimana implikasi sejarah terhadap
konsep pendidikan nasional Indonesia?
C.    TUJUAN 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.     
Untuk
mengetahui pengertian landasan historis pendidikan 
2.     
Untuk
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan di Indonesia
3.     
Untuk
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pendidikan dunia
4.     
Untuk
mengetahui implikasi sejarah terhadap konsep pendidikan nasional Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN HISTORIS
Sejarah atau history adalah keadaan masa lampau dengan
segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu.
Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model,
konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya. 
Landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan
pandangan ke masa lalu. Pandangan ini melahirkan studi- studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang
terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
B.     SEJARAH  PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah
yang cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno/purba yang
dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam,
zaman penjajahan, dan zaman merdeka (Pidarta, 2007: 125).
Berikut
ini adalah uraian dan rincian perjalanan sejarah pendidikan Indonesia:
1.      Zaman Purba
Pendidikan pada
zaman ini dimulai dari kepercayaan yang dianut masyarakat antara lain animisme
dan dinamisme.
2.      Zaman Pengaruh Hindu dan Budha
Hinduisme and
Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme dan Budhisme
merupakan dua agama yang berbeda, namun di Indonesia keduanya memiliki
kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan
Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada lambang Negara Indonesia
yaitu Bhinneka Tunggal Ika, secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut
(Mudyahardjo, 2008: 215).
Jika kita mengamati
sejarah tentang borobudur merupakan warisan sejarah yang bisa kita gunakan
sebagai perbandingan perkembangan pendidikan pada masa itu dengan masa
sekarang. Borobudur adalah candi budha terbesar pada abad 9, yang berukuran 123
X 123 meter serta terdiri dari 1.460 relief dan 504 stupa. Borobudur setelah
dibangun  3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum
Katedral Agung di Eropa ini.
Berdasarkan
keterangan di atas Borobudur merupakan tonggak sejarah terbesar bagi Indonesia,
karena pada saat itu (abad 9) bisa dikatakan Indonesia menjadi negara number
one. Jika ditinjau dari segi pembuatannya, maka akan muncul asumsi tentang
jumlah tenaga yang digunakan (berhubungan dengan manajemen) dan arsitekturnya.
Padahal pada masa itu sumber belajarnya hanya berupa orang tidak seperti
sekarang yang sumber belajarnya tidak hanya berupa orang, tetapi ada buku, TV,
radio, HP, komputer (laptop), dan internet. Seharusnya pada saat ini justru
kita harus lebih baik lagi dan lebih maju dari pada abad 9 tersebut yang belum
ada pendidikan manajemen dan pendidikan arsitek.
3.      Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)
a)     
Awal masuknya Agama Islam di Indonesia
Agama islam yang
dibawa oleh pedagang dari Persia dan Gujarat ke Indonesia. Agama Islam mudah
tersebar karena agama Islam dapat bersatu dengan kebudayaan Indonesia. Keduanya
dapat saling membantu dan saling mempengaruhi. Agama Islam besar sekali
pengaruhnya di dalam mendidik rakyat jelata. Berbeda dengan Agama Hindu dan
Budha, Agama Islam menyiarkan Agamanya mulai dari bawah/dari rakyat biasa. Para
Ulama sangat dekat dengan rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan rakyat
biasa. Bentuk pendidikan yang Islam ada 3 macam, yaitu di Langgar, Pesantren,
dan Madrasah.
b)     
Bentuk pendidikan pada awal penyebaran agama
islam di Indonesia
1)     
Di langgar
Merupakan tempat
pendidikan agama islam permulaan. Yang dipentingkan ialah membaca dan menulis
huruf arab. Pengajaran berlangsung secara secara Individual, artinya seorang
guru mengajar seorang anak.
2)     
 Pendidikan di pesantren
Tempat pengajaran
Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih mendalam ada di pesantren. Pengetahuan
yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu pengetahuan; keterampilan.
3)     
 Pendidikan Madrasah
Pada madrasah
guru-guru diperkenankan menerima balasan jasa dalam bentuk uang (gaji). Lembaga
pendidikan ini lebih menekankan pada pemberian ilmu pengetahuan umum disamping
pelajaran agama. Pendidikan Madrasah diatur berjenjang sejajar dengan
pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini. Jenjang ini adalah
1.
Tingkat TK : Bustanul
2.
Tingkat SD : Ibtidaiyah
3.
Tingkat SMP : Tsanawiyah
4.
Tingkat SMA : Aliyah
4)     
Wali Sanga
Wali adalah sahabat
Allah, yaitu orang yang dicintai oleh Allah serta memiliki pengetahuan agama
islam yang mendalam. Wali merupakan orang yang pintar, ahli agama, dan filsafat
hidupnya dicurahkan untuk agama, tidak mementingkan dunia materi. Tugas
utamanya adalah sebagai penyebar agama. Selain sebagai penyiar agama, ia juga
menjadi pelopor dalam usaha memajukan kehidupan rakyat.
4.      Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan
Kristen)
Bangsa Portugis
pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat
dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai
bandar-bandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan
dan perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242).
Di samping mencari
kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold), bangsa Portugis datang ke Timur
(termasuk Indonesia) bermaksud pula menyebarkan agama yang mereka anut, yakni
Katholik (gospel). Pada akhirnya pedagang Portugis menetap di bagian timur
Indonesia tempat rempah-rempah itu dihasilkan. Namun kekuasaan Portugis melemah
akibat peperangan dengan raja-raja di Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh
Belanda pada tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Dalam setiap operasi perdagangan,
mereka menyertakan para paderi misionaris Paderi yang terkenal di Maluku,
sebagai salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan misinya, adalah
Franciscus Xaverius dari orde Jesuit.
Orde ini didirikan
oleh Ignatius Loyola (1491-1556) dan memiliki tujuan yaitu segala sesuatu untuk
keagungan yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Yang dicapai
dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Orde ini
juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun dan bebas
untuk semua. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk
penyebaran agama, Nasution dalam Rohmawati (2008).
Sedangkan pengaruh
Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah.
Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan
suatu kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau
Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008: 245).
Sikap VOC terhadap
pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan Tradisional di
Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan
menyebarkan agama Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC terutama
dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah berakar dan di
Batavia (Jakarta), pusat administrasi kolonial. Tujuannya untuk melenyapkan
agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme
(Nasution, 2008: 4-5).
5.      Zaman Kolonial Belanda
Tujuan bangsa
Belanda ke Indonesia juga sama dengan bangsa Spanyol dan Portugis. Belanda
mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengjarkan agama saja, tetapi juga
mengajarkan pengetahuan umum. Sekolah-sekolah banyak didirikan di Pulau Ambon,
Ternate, dan Bacan (Maluku). Sekolah-sekolah ini tidak hanya mengajarkan khusus
agama saja, tetapi juga mengejarkan pengetahuan umum. Bahasa pengantar yang
dipergunakan adalah bahasa Melayu dan Belanda. Selain itu mereka juga
mendirikan sekolah untuk calon pegawai VOC. Sekolah ini didirikan di Ambon dan
Jakarta.
Meskipun
sekolah-sekolah telah banyak berdiri, tetapi secara vormal, sekolah-sekolah itu
tidak didirikan atas nama VOC, tetapi didirikan oleh orang-orang dari kalangan
agama, yaitu agama Kristen Protestan. Keuntungan besar dari sekolah ini adalah
setelah kita mencapai kemerdekaan dimana kebutuhan akan pendidikan sangat
diperlukan. Sebagian besar penduduk di Indonesia bagian timur sudah tidak
mengalami tuna aksara. Ini karena telah lama penduduk Indonesia bagian timur telah
mengenal pendidikan/sekolah.
Oleh karena itu,
kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-ide liberal
tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai
rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk
anak-anak Belanda selama setengah abad ke-19.
Sejak dijalankannya
Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan
selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini meskipun masih
bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia
yang orang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite
intelektual baru.
Golongan baru
inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan.
Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa
sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya
Sumpah Pemuda tahun 1928.
Setelah itu
tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan Indonesisch
Nederlandse School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, dan Kyai
Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik
anak-anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2008: 125-33).
6.      Zaman Kolonial Jepang
Perjuangan bangsa
Indonesia dalam masa penjajahan Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk
merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan kekayaan alam
Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan
semangat 45 di hati mereka.
Meskipun demikian,
ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia. Di bidang
pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda
dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang. Selain itu,
pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh Jepang untuk di
pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan
sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi Indonesia
merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi
kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia.
Sekolah-sekolah
yang ada pada jaman Belanda semenjak Jepang datang ke Indonesia diganti dengan
sistem Jepang. Murid hanya mendapat pengetahuan sedikit, dan hampir sepanjang
hari hanya diisi dengan kegiatan latihan perang atau bekerja. Sistem sekolah di
masa Jepang banyak berbeda dengan penjajahan Belanda
1. Sekolah Jepang terbuka untuk
semua golongan penduduk, lama belajar 6 tahun, bahasa pengantarnya adalah
bahasa Daerah dan bahasa Melayu.
2. Sekolah menengah dibagi menjadi
dua, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT)
masing-masing pendidikan 3 tahun.
3. Sekolah kejuruan masih ada, yaitu
Sekolah Pertukangan dan Sekolah TeknikMenengah.
4. Sekolah guru banyak didirikan
Ada tiga macam sekolah guru
1.
Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo
2.
Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko
3.
Sekolah Guru Tinggi 6 tahun = Kooto Sihan Gakko
Pelajaran yang
diberikan meliputi: Sejarah, Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia (Melayu), adat
istiadat, Bahasa Jepang, dan Kebudayaan Jepang.
7.      Zaman Kemerdekaan (Awal)
Setelah Indonesia
merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena
gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia
datang silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saat itu bukanlah
prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana
mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.
Tujuan pendidikan
belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur pendidikan. Sistem
persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah Jepang terus
disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai sesuai dengan yang
diharapka bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah tidak dapat dilaksanakan
karena faktor keamanan para pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar yang
ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak dapat bersekolah.
8.      Zaman ‘Orde Lama’
Setelah
gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai
digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik
spiritual maupun material.
Setelah diadakan
konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas: Pendidikan
Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan pendidikan harus
membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Sesuai dengan dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap
penduduk negara.
Di samping itu,
Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang dapat membangun
bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam
maupun di luar; pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila
dan melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi
Indonesia sesuai dengan Manipol yaitu membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia berwilayah dari Sabang sampai Merauke, menyelenggarakan masyarakat
Sosialis Indonesia yang adil dan makmur lahir-batin, melenyapkan kolonialisme,
mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, ke arah
perdamaian, persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008:
403).
9.      Zaman ‘Orde Baru’
Orde Baru dimulai
setelah penumpasan G-30S pada tahun 1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Haluan penyelenggaraan pendidikan
dikoreksi dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Lama yaitu
dengan menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran dari sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi.
Di samping itu,
dikembangkan kebijakan link and match di bidang pendidikan. Konsep keterkaitan
dan kepadanan ini dijadikan strategi operasional dalam meningkatkan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137-38). Inovasi-inovasi
pendidikan juga dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan.
Sistem pendidikannya adalah sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah pusat.
Namun demikian,
dalam dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan.
Buchori (Dalam Pidarta 2008: 139-140) mengemukakan beberapa kesenjangan, yaitu
(1) kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja), (2)
kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari), (3) kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak
menekankan pada pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari
kemajuan ilmu dan teknologi), dan (4) kesenjangan temporal (kesenjangan antara
wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia terkini).
Namun demikian
keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah (1) kesadaran
beragama dan kenagsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta,
2008: 141).
10.  Zaman ‘Reformasi’
Selama Orde Baru
berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka
inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini
juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan
partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk
melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara dan menyaampaikan
pendapatnya.
Begitu Orde Baru
jatuh pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas bagaikan burung yang baru lepas
dari sangkarnya yang telah membelenggunya selama bertahun-tahun. Masa Reformasi
ini pada awalnya lebih banyak bersifat mengejar kebebasan tanpa program yang
jelas.
Sementara itu,
ekonomi Indonesia semakin terpuruk, pengangguran bertambah banyak, demikian
juga halnya dengan penduduk miskin. Korupsi semakin hebat dan semakin sulit
diberantas. Namun demikian, dalam bidang pendidikan ada perubahan-perubahan
dengan munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah sistem
pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan
tenaga kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan
kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan
desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan
Hidup), TQM (Total Quality Management) KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan)
Kurikulum 2013.
C.    SEJARAH  PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
DUNIA
Sejarah pendidikan
dunia yang memberikan pengaruh pada pendidikan zaman sekarang meliputi
zaman-zaman: (1) Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4) Developmentalisme,
(5) Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7)
Sosialisme.
1.      Zaman Realisme
Seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan-penemuan ilmiah
baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan
dunia pula, berbeda dengan pendidikan-pendidikan sebelumya yang banyak
berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran
yang praktis (Pidarta, 2007: 111-114). Menurut aliran ini, pengetahuan yang
benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui
persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2008: 117).
Tokoh-tokoh
pendidikan zaman Realisme ini adalah Francis Bacon dan Johann Amos Comenius.
Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan pada zaman ini meliputi:
a.      
Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran,
b.     
Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri,
c.      
Penanaman pengertian lebih penting daripada
hafalan,
d.     
Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak,
e.      
Pelajaran harus diberikan satu per satu, dari
yang paling mudah,
f.       
Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir
induktif (mulai dari menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisa sehingga
menimbulkan simpulan) dan anak-anak harus belajar dari realita alam,
g.     
Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak
harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar (Pidarta, 2007: 112).
2.      Zaman Rasionalisme
Tokoh pendidikan
pada zaman ini pada abad ke-18 adalah John Locke Aliran ini memberikan
kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya,
karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan bertindak untuk
dirinya. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat
menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut. Teorinya
yang terkenal adalah leon Tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis di atas
kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia
digunakan unutk membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa
manusia ini bisa mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme,
individualisme, dan materialisme (Pidarta, 2007: 114).
Menurut John Locke ada tiga langkah
dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a.      
Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia
b.     
Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
c.      
Berpikir (Pidarta, 2007: 114)
3.      Zaman Naturalisme
Pada abad ke-18
muncullah aliran Naturalisme Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme dengan
tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai
kibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang
dibuat-buat sampai pada korupsi, anak-anak dipandang sebagai manusia dewasa
yang kecil. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan
hati (Pidarta, 2007: 115).
Naturalisme
menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan
jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118). Menurut
Rousseau ada tiga asas mengajar, yaitu:
a.      
Asas pertumbuhan, pengajaran harus memberi kesempatan
untuk anak-anak bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai
dengan kebutuhannya
b.     
Asas aktivitas, melalui bekerja anak-anak akan
menjadi aktif yang akan memberikan pengalaman, yang kemudian akan menjadi
pengetahun mereka
c.      
Asas individualitas, dengan cara menyiapkan
pendidikan sesuai dengan individualitas masing-masing anak, sehingga mereka
berkembang sesuai dengan alamnya sendiri (Pidarta, 2007: 116)
4.      Zaman Developmentalisme
Zaman
Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan
sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut
gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi,
Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall (Pidarta,
2008: 116).
Konsep pendidikan yang dikembangkan
oleh aliran ini meliputi:
a.      
Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih
laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan
derajat sosial manusia (Pidarta, 2007:119).
b.     
Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan
tingkat-tingkat perkembangan anak (Pidarta, 2007: 120) yang melalui observasi
dan eksperimen (Mudyahardjo, 2008: 114)
c.      
Pendidikan adalah pengembangan pembawaan
(nature) yang disertai asuhan yang baik (nurture).
d.     
Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan
pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008: 114).
5.      Zaman Nasionalisme
Zaman nasionalisme
muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa dan
mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais
(Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).
Konsep pendidikan yang ingin
diusung oleh aliran ini adalah:
a)     
Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan
negara,
b)     
Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan
kejuruan,
c)     
Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan
kesusastraan nasional, pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan,
sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan 
jasmani.
Akibat negatif
dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan
terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa Negara, seperti di Jerman,
yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2007: 121).
6.      Zaman Liberalisme, Positivisme, dan
Individualisme.
Zaman ini lahir pada
abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk
memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi
oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang
kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme percaya kebenaran
yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama
semakin melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte (Pidarta, 2007:
120).
7.      Zaman Sosialisme
Aliran sosial dalam
pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme,
positivisme, dan individualisme. Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartorp, George
Kerchensteiner (jerman), dan John Dewey (Amerik Serikat). Menurut aliran ini,
masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Nartorp  mengatakan individu itu ibarat atom-atom yang
tidak memiliki arti bila tidak berwujud benda. Begitu pula individu sebenarnya
tidk ada, sebab individu adalah suatu abstraksi saja dari masyarakat. Karena
itu sekolah harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial (Pidarta, 2007: 121).
D.   
IMPLIKASI SEJARAH TERHADAP KONSEP
PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
Masa
lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang
kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam
sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu (Nasution, 2008: v). Pembahasan tentang landasan sejarah di
atas memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
a.            
Tujuan Pendidikan
Pendidikan
diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi peserta
didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan
pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan,
kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan
harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi
yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.
b.           
Proses Pendidikan
Proses
pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode
global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa
dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu,
demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
c.            
 Kebudayaan Nasional
Pendidikan
harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta (2008: 149)
mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan
menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.
d.           
 Inovasi-inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi
harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan
sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya
membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.   
KESIMPULAN 
Berdasarkan pada landasan historis pendidikan dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kita peroleh tidak dengan mudah, butuh banyak waktu dan pengorbanan,
selain itu pendidikan itu dinamis, artinya pendidikan itu berkembang sesuai
dengan perkembangan zamannya. Semoga pendidikan pada era globalisai ini
pendidikan di Indonesia bisa lebih baik dan berkembang sesuai dengan keadaan
sekarang yang terjadi. Pendidikan juga mewariskan
peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang memiliki nilai-nilai
luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi penerus dalam
kehidupan mereka di masa sekarang. Dengan mewariskan dan menggunakan karya dan
pengalaman masa lampau, pendidikan menjadi pengawal, perantara, dan pemelihara
peradaban. Dengan demikian, pendidikan memungkinkan peradaban masa lampau
diakui eksistensinya.
DAFTAR RUJUKAN
Buchori, Mochtar. 1995. Transformasi Pendidikan. Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal
tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/landasan-historis-pendidikan-indonesia.html
 
No comments:
Post a Comment